๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐.
๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐.
Pada suatu hari, Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100 ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para Malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya.
"Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya." Kata Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
, sebagai ungkapan karena Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.
Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdo'a kepada Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู. Ada yang mengatakan sa'at itu usia Ibrahim mencapai 99 tahun. Dan karena demikian lamanya maka anak itu diberi nama Isma’il, artinya. Allah telah mendenga. Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru, "Allah mendengar doaku."
Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7 tahun ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke 8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
bermimpi ada seruan, "Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu janjimu."
Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah artinya, berpikir, merenung.
Pada malam ke 9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู. Dari sinilah hari ke 9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah artinya, mengetahui, dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya janjinya itu. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih kurban yaumun nahr. Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi sudah terpenuhi. Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.
Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru, "Sesungguhnya Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail." Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar ibu Ismail.
Beliau berkata, "Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu kepada Allah." Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.
Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada sa'at itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera mendekati ayahnya.
"Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?" Seru Iblis.
"Benar, namun aku diperintahkan untuk itu menyembelihnya." Jawab Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
.
Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblis pun datang menemui ibunya, Hajar, "Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?" Goda Iblis.
"Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?" Jawab Hajar.
"Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?" Rayu Iblis lagi.
"Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?" Jawab Hajar balik bertanya.
"Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu." Goda Iblis meyakinkannya.
"Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa!" Jawab Hajar dengan mantap.
Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, "Hai Isma'il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang."
"Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?" Jawab Ismail dengan heran.
"Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu." Kata Iblis meyakinkannya.
"Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku." Jawab Ismail dengan mantap.
Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil jumrah dalam ritual ibadah haji.
Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
berterus terang kepada putranya, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" ( QS. Ash-Shรขffรขt. 37 : 102 )
Ia Ismail menjawab, "Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, ุฅู ุดุงุก ุงููู! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." ( QS. Ash-Shรขffรขt. 37 : 102 )
Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
dan langsung ber-tahmid mengucapkan ุงูุญู
ุฏ ููู sebanyak-banyaknya.
Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, "Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka."
"Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, "Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah."
Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu sehingga semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah." Sambung Isma’il.
Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
menjawab, "Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู adalah kau, wahai putraku tercinta!"
Kemudian Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tak mampu menggoresnya.
Ismail berkata, "Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku ta'at kepada Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya."
Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian.
"Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?" Gerutu beliau.
Atas izin Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู, pedang menjawab, "Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, 'jangan disembelih.' Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?"
Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู berfirman, "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata bagimu. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." ( QS. Ash-Shaffรขt. 37 : 106 )
Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di syurga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada sa'at itu juga semesta alam beserta seluruh isinya bertakbir ูฑَُّٰููู ุฃَْูุจَุฑُ mengagungkan kebesaran Allah ุณุจุญุง ูู ู ุชุนุงูู atas kesabaran kedua Umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, Malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, ูฑَُّٰููู ุฃَْูุจَุฑُ, ูฑَُّٰููู ุฃَْูุจَุฑُ, ูฑَُّٰููู ุฃَْูุจَุฑُ. Nabi Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู
menyahut, “Lรข Ilรขha Illallรขhu wallรขhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allรขhu Akbar wa lillรขhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban Idul Adha.
ูุงููู ุงุนูู
Sumber :
Kitab Misykatul Anwar, karangan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali.
Kisah orang-orang sabar.
Sirah para Nabi.