Depresi Pasca Melahirkan dan Baby Blues

Depresi Pasca Melahirkan dan Baby Blues
04 March 2007
Wanita yang baru melahirkan kadang mengalami perasaan yang tak menentu. Satu waktu wanita tersebut merasa senang, tiba-tiba perasaannya berubah menjadi sedih. Kadang hal tersebut disertai oleh turunnya nafsu makan, sulit tidur, bahkan sulit berkonsentrasi. Gejala ini biasanya muncul 3-4 hari setelah melahirkan dan bisa berlangsung selama beberapa hari. Tapi apakah hal tersebut wajar?

Jika Anda baru saja menjadi ibu dan mengalami hal tersebut, itu berarti Anda mengalami apa yang disebut sebagai baby blues. Hal ini sering dianggap sebagai hal yang wajar terjadi pada awal-awal seseorang menjadi ibu dan biasanya akan hilang setelah 10 hari. Namun pada beberapa wanita hal ini berlangsung lebih lama dan lebih parah sehingga mengarah pada depresi. Inilah yang disebut “sindrom depresi pasca melahirkan”.

Apakah Sindrom Depresi Pasca Melahirkan itu?
Depresi Pasca melahirkan merupakan suatu penyakit, sama seperti diabetes atau penyakit jantung. Oleh sebab itu bisa disembuhkan dengan terapi, konseling, dan pemberian obat antidepresi. Untuk mengetahui sindrom ini, sebaiknya Anda mengetahui dahulu beberapa gejala depresi pasca melahirkan:

  • Hilangnya ketertarikan terhadap hidup.
  • Hilangnya nafsu makan.
  • Energi dan motivasi berkurang sehingga sulit melakukan kegiatan.
  • Mengalami sulit tidur atau justru tidur lebih lama dari biasanya.
  • Mudah menangis atu merasa sedih.
  • Merasa tak berharga, tak punya harapan, atau merasa bersalah yang berlebihan.
  • Merasa lelah, mudah tersinggung dan cemas.
  • Mengalami penurunan atau kenaikan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Merasa hidupnya tak menyenangkan.
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri.
  • Khawatir berlebihan akan menyakiti bayinya.

Dalam beberapa kasus, ada wanita yang baru merasakan depresi setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan sehabis melahirkan. Biasanya depresi yang terjadi dalam jangka waktu 6 bulan setelah proses persalinan termasuk dalam kategori depresi pasca melahirkan.

Siapa yang Berisiko Terkena?
Depresi Pasca Melahirkan biasanya dialami oleh wanita dengan criteria sebagai berikut:
  • Pernah mengalami depresi pasca melahirkan.
  • Pernah mengalami depresi yang tak berhubungan dengan kehamilan.
  • Mengalami sakit sebelum datang bulan yang parah.
  • Perkawinan yang bermasalah.
  • Hanya memiliki sedikit keluarga atau teman yang bisa  diandalkan atau diajak bicara.
  • Memiliki hidup yang penuh tekanan selama kehamilan atau setelah melahirkan.


Mengapa Banyak Wanita Mengalami Depresi Pasca Melahirkan?
Penyebab pastinya belum diketahui. Tingkat hormon mengalami perubahan selama kehamilan dan setelah melahirkan. Hormon-hormon tersebut dapat mengakibatkan perubahan zat kimia pada otak dan hal tersebut berperan dalam terjadinya depresi.
Jika Anda mengalami depresi, bukan berarti Anda adalah orang yang tidak baik. Jadi, jangan menyalahkan diri sendiri karena itu justru akan membuat kesehatan Anda lebih buruk.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Menderita Depresi Pasca Melahirkan?
Jika Anda baru melahirkan dan merasa sedih, cemas, mudah tersinggung, lekas lelah atau salah satu dari gejala yang disebut sebelumnya, ingatlah bahwa banyak wanita yang mengalami hal yang sama. Anda tidaklah gila atau kehilangan akal sehat, dan Anda tak perlu merasa sendirian. Berikut ini ada beberapa tips yang dirasa dapat membantu meringankan depresi pasca melahirkan:
  • Bicarakan tentang perasaan Anda pada seseorang yang dapat mendengar Anda.
  • Pekerjakan orang yang dapat membantu Anda mengurus bayi dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Ini bisa membuat Anda bisa sedikit bersantai dan beristirahat.
  • Cari waktu untuk diri sendiri, walau hanya 15 menit dalam sehari. Anda bsia membaca, berolahraga, berendam, atau bermeditasi.
  • Tulislah buku harian sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan Anda. Ketika sudah merasa lebih baik, baca kembali buku harian tersebut untuk mengingatkan betapa Anda telah berada dalam keadaan yang lebih baik.
  • Jangan merasa sedih atau marah jika hanya dapat menyelesaikan satu pekerjaan dalam satu hari.
  • Anda tidak perlu menjadi “supermom”. Jika Anda merasa butuh bantuan, beritahukan orang-orang terdekat Anda.
  • Bicarakan hal ini dengan dokter Anda. Dia akan merujuk Anda untuk mengikuti terapi atau meminum obat tertentu yang dapat membantu Anda.